27 December 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Sedikit Keluhan Fans Liverpool Terhadap Man. City

Sedikit keluhan saya terhadap pertandingan semalam. Saya adalah salah satu fans salah satu klub besar di BPL Liverpool. Saya sedikit aneh melihat pertadingan semalam. Pada menit menit awal saya merasa pertandingan ini dipimpin adil. Pada saat Sterling menerima bola umpan dan menggiring ke arah gawang Man. City onside tiba-tiba hakim garis mengangkat bendera bahwa itu offside. Apa saya ga teliti? dimana dimana juga membicarakan ini. Tidak itu saja, beberapa rentetan kejanggalan wasit Lee Mason. Usut punya usut wasit ini lahir dan berasal ga jauh dengan Manchester. Kok bisa memimpin? ya begitu lah federasi sepakbola di Inggris terkenal dengan konspirasi nya. Tidak kali ini aja, banyak wasit yang seperti itu. Mereka (FA) tidak berani untuk menghukum klub yang ada di Liga Premier. Alasan kurang jelas karena di Liga Itali pun sudah berani membongkar keborokan tim tim papan atas. Punya selidik karena FA tidak ingin kehilangan supporter BPL!
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Pilkada Perlu Ditinjau, Masyarakat Kita Masih Miskin dan Bodoh

Judul tersebut mungkin terlalu berlebihan atau kasar, tetapi jangan salah, karena ini sangat perlu diperhatikan dalam kehidupan kita. Pilkada semenjak jaman demokrasi telah berubah total, semua orang memliki peluang untuk menjadi Calon Kepala Daerah. Dari sini sebenarnya kita bisa mendapatkan sisi positifnya karena semua orang yang memiliki kompeten menjadi pemimpin daerah bisa memimpin daerahnya. Bagaimana kenyataan di lapangan? Lihat saja para bupati/walikota dan gubernur yang kena kasus - kasus korupsi. Bukannya jadi pemimpin yang kompeten malah pintar nyuri uang rakyat.

Di lapangan, pilkada ini benar - benar hanya mencari popularitas saja, maksudnya? pemimpin hanya mencari popularitas semata tanpa didukung oleh kemampuan seharusnya yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Popularitas dipilih hanya untuk mencari suara saat pemilihan umum dilakukan. Parahnya lagi dengan kondisi masyarakat di Indonesia yang masih banyak yang kekurangan dan bodoh ini dimanfaatkan oleh calon-calon kepala daerah. Sederhana aja politik bagi bagi uang agar mau memilih salah satu calon kepala daerah yang ikut pilkada.

Di daerah saya, kebobrokan pilkada ini sampai ke taraf pilkades. Ini sungguh miris, melihat daerah saya seperti ini masih aja dipolitik. Uang tetap menjadi daya tarik bagi setiap calon. Setiap calon setiap semalam sebelum pilihan selalu bagi bagi duit (maaf keluarga saya anti nerima duit gituan, hehe). Dan anehnya lagi ketika warga desa yang tidak menerima uang mereka beranggapan ga perlu nyoblos atau memilih kepala desa, mungkin seperti ini percakapannya :
(A : sebagai kakak saya)
(B : sebagai tetangga saya)
A : Bu, ga nyoblos kepala desa?
B : Lho mas gitu harus nyoblos ya? lha ga dikasih uang e mas
A : (diem dan ketawa)

Itu contoh kecil keadaan masyarakat di Indonesia, bahwa politik uang ini sudah sama sama butuh. Si calon butuh suara, si pemilih butuh duit buat mau nyoblos. Apakah ini ciri demokrasi kita? harusnya bukan! oleh karena itu, pemilihan pemilihan harusnya diadakan dengan benar. Masyarakat yang mayoritas miskin dan bodoh harus kita selesaikan dulu agar dapat memilih calon pemimin yang benar! bukan pemimpin yang membhongi masyarakatnya! tirulah negara maju yang selalu mengedepankan Pendidikan dalam mensejahterahkan rakyatnya. Jika sistem ini tidak segera ditinjau, maka masyarkat bodoh dan miskin hanya sebagai alat bagi calon pemimpin kita!

    Blogroll

    About